Ujian Yang Terjadi Kerana Allah Cintakah..?
Innamaa asyku batsi wa huzni ilallah.. Sungguh only to Allah aku mengutarakan kepayahanku dan kesedihan (Qs.12:86).
Ucapan yang diajarkan oleh ayahanda Ya'qub 'alaihi sallam tatkala rindu menceruak tak terbendung kepada nabiullah Yusuf 'alaihi sallam. Tiada yang mampu memahami perasaannya, tiada yang mengerti asanya. Maka hanya dan hanya kepada Allah segala urusan diserahkan, harapan diutarakan, rasa dan asa diadukan..
Ujian hadir tanpa diminta bentuk dan caranya. Kita yang amanah dalam pengelolaan uang tentu tidak diuji dalam keuangan, bisa jadi diuji dalam hal perasaan (love). Kita yang kuat dalam memanajemen perasaan tidak diuji dalam hal rasa, bisa jadi diuji dalam hal profesional. Kerana setiap kita memiliki titik kelemahan, dan di titik itulah kita kerapkali diuji sampai kita lulus dalam ujian tsb.
Ujian hadir sekehendakNya. Ia bisa hadir satu dalam jangka interval panjang atau hadir satu persatu seakan tiada hentinya. Hati kita perih..? Akal kita lelah..? Tubuh kita penat..? Mungkin sampai kita terunyuh dan mengeluh, "Allah, apa dosaku sehingga diuji sebesar ini?" atau "Mati aja deh.." Padahal mah, terkait dosa nih kita pasti bejibun dosanya. Jadi ga perlu diretorika pake nanya. Emang kita perlu bercermin dg kaca gede dan gunain kaca pembesar biar keliatan semua daki-daki dosa.. Kalo bukan karena kemurahan Allah, udah 'kelar' nih kita di dunia. Apalagi pake putus asa kepingin mati. Kita mati juga belom tentu selesai urusan. Ada tagihan-tagihan atas apa yg kita lakukan di dunia yg barangkali lebih ribet. Belum lagi keluarga yg ditinggal, kudu mau kita repotin dengan segala prosesi pemakaman. Iya kalo ga ada hutang ato masalah tanggungan, kalo ada kita jadinya mati kita nambahin masalah. Jadi, minta mati itu bukan solusi atas segala ujian yg dihadapi.
Lah jadi gimana mestinya..? Yuk kita telisik sejak jaman Nabi sampe kini, ujian itu pasti nimpa. Bapak dari semua manusia, nabi Adam 'alaihi sallam, aja diuji apalagi kita yg keturunan kesekian dg tingkat iman jomplang abis. Ujian para kekasih Allah Subhana wa Ta'ala lebih ekstrem, lebih getir, lebih lama.. Nabi Adam As yg dimuliakan Allah sehingga para malaikat diminta bersujud padanya butuh waktu puluhan tahun utk diampuni, Nabi Nuh As yg berusia 950 tahun dg jam terbang dakwah supertinggi justru diuji dari kedurhakaan anaknya. Nabi Luth As yg dekat sama Allah dan dicatat kisahnya dlm kesucian Quran itu malah duji oleh cintanya (istri). Bunda 'Asiyah Ra mengorbankan nyawa dan tahta dlm menjaga tauhid terlebih yg dijadikan musuh adl suaminya (Fir'aun) sendiri. Bunda Maryam Ra diuji dengan anak yg harus dilahirkannya tanpa bapak padahal beliau sendiri sangat menjaga kesucian diri dan khusyuk dalam beribadah. Ayah Ibrahim As dan Nabi Zakaria As diuji dengan penantian yg teramat panjang dlm mendambakan keturunan. Dikisahkan hingga rambut telah menjadi putih (beruban kerana usia senja) dan dimana istri pun mandul, tapi Maha Besar lagi Kuasa Allah atas segala sesuatu. Allah ga butuh sekutu dan tiada hal sulit apa yg Dia kehendaki, cukup 'kun' maka 'yakun'. Maka lahirlah Nabi Yahya As yg namanya diberikan langsung oleh Allah dari mandulnya rahim istri Nabi Zakaria As. Dan lahirlah pula Nabi Ismail As dari rahim bunda Hajar dan Nabi Ishaq As dari rahim bunda Sarah As yg tlah divonis mandul. Keduanya Dzurriyat Ayahanda Ibrahim As yg mana kelak dari keturunannya pulalah lahir Nabi akhir zaman, ya habibi Muhammad Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam.
Rasul kita, Muhammad Saw, tlah dijamin kemuliaannya di dunia dan akhirat. Surga baginya.. Kedudukan yg tidak diberikan kecuali kepadanya Saw oleh Dzat Yang Maha Satu. Namun beliau Saw aja diuji. Dan ujian yg diberikan ga bakal bisa kita jabanin kecuali dg taufik dan kekuatan dariNya. Ngebayanginya aja kita ketar ketir, ada mahluk yang begitu mulia dimuka bumi ini dan ia adalah manusia biasa, bukan malaikat. Yakni Muhammad Saw.. Sejak kecil dilahirkan dalam keadaan Yatim, besar dalam asuhan kakek dan paman. Paman yg sangat melindungi dan mencintai Rasul Saw (dan Rasul jua mencintainya) bahkan meninggal tanpa meregut nikmat iman. Bukankah ini ujian? Orang yg kita cinta dan sayang sangat saja enggan menerima hidayah. Qadarullah, Allah Yang Maha Berkehendak. Belum lagi ujian dakwah Rasul Saw yg tidak hanya mengorbankan materi dan keringat tapi jua darah, gigih yang tanggal dalam perang, rasa lapar mendalam, dilempari kotoran dan batu yg mana Malaikat penjaga Gunung mendatangi Rasul Saw menyatakan siap membinasakan kaum tsb tapi apa jawab Nabi Muhammad Saw? Beliau Saw mendoakan lahirnya keturunan yg bertauhid dari Kaum Thaif tsb. Allahu Rabbi.. Allahumma shalli 'ala Muhammad..
Belum lagi kisah-kisah beliau Saw yg teramat menggetirkan sukma.. Semua anak laki-laki yg ditakdirkan meninggal. Kepergian istri tercinta, Bunda Khadijah Ra. Perlakuan keluarga Lahab terlaknat. Sumpah serapah dari nenek buta Yahudi yg beliau Saw balas dg suapan makanan lembut. Masya Allah..
Yang perlu kita catet, bukan kelas kita dan beliau maka pemwajaran tapi sekelas Nabi & KekasihNya aja diuji apalagi kita yg baik zahir dan batin beda jauh.
Trus gimana dg adzab..? Jangan-jangan kita keGRan, ngira diuji eh taunya diadzab. Na'udzubillah.. Daripada kita tebak-tebakan, mending setiap yg ga enak kita jadiin aja bahan intropeksi dan mendekat ke Allah. Mohon ampun padaNya. Mau minta tolong kesiapa, lah hanya Allah Ta'ala sahaja yg memiliki Kekuasaan tanpa batas. Ngemis sama manusia, dia aja ga tau bakal tetep hidup apa enggak besok pagi. Curhat bertangis darah kemana.. Kalo yg dicurhatin juga ga lepas dari masalah. Boleh sih curhat ke mahluk ya tapi tetep mah ngarepnya ke Allah.. Pol-polan curhatnya ke Allah, kerana cuma Allah yg sebaik-baik penyimpan rahasia, sebaik-baik penolong, sebaik-baik penjaga, sebaik-baik pemberi solusi. Sebaik segala-galanya yg elok.
Daripada kita nuduh Allah macam-macam yg ga pantas disandingkan kepadaNya, atau ga nerima takdir masalah yg emang kita hadapi lebih baik kita terima aja. Terima kalo kita dikasih sakit, hutang, pengkhianatan, putus cinta, ga lulus ujian, di PHK, ditinggalin seseorang yg disayang, atau hal buruk lainnya. Kita terima sambil ngaca juga, perbaiki tabiat, minta ampun atas segala salah udah lupa sama Allah, udah melakukan keburukan sama orang lain, udah melalaikan ibadah padahal dulunya kita ngemis sama Allah dan janji kalo diberi bakal makin taat. Inshort, kita emang perlu banyak istighfar. Lisan dan Tindakan.
Astaghfiruka wa atubu ilaik..
*Allahu a'lam bi shawab.
Komentar
Posting Komentar