Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Kita Butuh Kontemplasi Untuk Kembali Mengenal Diri dan Menikmati Hidup

Gambar
Beberapa hari ini, langit terasa kelabu.. Biru sembilu.. 41 Hari menjelang Ramadhan, 'Hilal' belum tampak. Bukan.. Bukan itu..Tapi rasanya kekosongan kehilangan sesuatu yang menghidupkan. Nikmat iman.. Kemarin, kita kehilangan seorang yang mencerahkan melalui guyonan cerdasnya, om Pepeng (Allahu yarham). Hari ini, kita kembali kehilangan sosok yang dunia kehilangan tetapi langit merindukan perjumpaannya.. Ust. Muzzammil (Allahu yarham), guru tahsin-tahfizh yang telah mencetak ribuan ahlul Quran.. #tears Saya sampe kehilangan makna diri. Kepergian om Pepeng kemarin menyentak jiwa saya. Saya tidak mengenalnya, belum pernah bertatap muka tapi seperti ada sesuatu yang mendalam saat membaca ungkapan ust.Anis Matta tentangnya.. Masyaa Allah.. Mutiara yang tersimpan. Orang-orang shalil begitulah tabiatnya. Tanpa gembor ke permukaan, berada di dekat dan melihat perilakunya sudah menyentuh qalbu.. Ada hikmah, ada pelajaran, ada kemilau iman disana.. Saya terpatung, membisu.. Be

Ketika Cinta, Komitmen dan Ekspansi Bertemu

Gambar
Bila kita berkomitmen terhadap sesuatu secara serta merta kita akan memberikan TOTALITAS. Pada keluarga, bisnis, organisasi, dst. Ada cinta disitu, energi besar yang terpatri dan mengejawantah dalam tindakan ril. Maka sepakatlah dengan syair Imam Syafi'i : Bila ada Cinta disisimu Maka segala kan jadi enteng Apa yang di atas tanah Hanyalah tanah jua Kita tlah mengikatkan diri di jalan dakwah ini maka jadilah seperti syair KH.Rahmat Abdullah : Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai Totalitas akan melahirkan ghirah Ekspansi, menyebarkan dakwah ke setiap lini kehidupan. Tak ada lagi sekat antara Agama ibadah dan keduniawian karena Agama pun menaungi duniawi. Tak ada lagi agamis konvensional dan modernitas Islam karena Islam selaras dengan perkembangan za

Mengelolah Ketidaksempurnaan

Gambar
Apa lagi yang tersisa dari ketampanan setelah ia dibagi habis oleh Nabi Yusuf dan Muhammad saw. Apalagi yang tersisa dari kecantikan setelah ia terbagi habis oleh Sarah, istri Nabi Ibrahim, dan Khadijah, istri Nabi Muhammad saw? Apalagi yang tersisa dari pesona kebajikan hati setelah ia direbut Utsman bin Affan? Apalagi yang tersisa dari kehalusan budi setelah ia direbut habis oieh Aisyah? Kita hanya berbagi pada sedikit yang tersisa dari pesona jiwa raga yang telah direguk habis oleh para nabi dan orang shalih terdahulu. Karena itu persoalan cinta kita selalu permanen begitu: jarang sekali pesona jiwa raga menyatu secara utuh dan sempura dalam diri kita. Pilihan-pilihan kita, dengan begitu, selalu sulit. Ada lelaki ganteng atau perempuan cantik yang kurang berbudi. Sebaliknya, ada lelaki saleh yang tidak menawan atau perempuan salehah yang tidak cantik. Pesona kita selalu tunggal. Padahal cinta membutuhkan dua kaki untuk bisa berdiri dan berjalan dalam waktu yang lama. Maka