PALESTINA ADALAH ISU PENTING DALAM SPIRIT KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA


Palestina adalah negara unik dimana persoalannya bisa ditelisik dari berbagai sudut pandang oleh siapapun baik lintas kepercayaan maupun tanah air. Sebagai anak bangsa Indonesia, pendekatan melihat persoalan Palestina tidak cukup hanya berdasarkan frekuensi keimanan yang sama maupun empati kemanusiaan sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Melainkan ia juga bisa ditinjau berdasarkan sisi historis, konstitusi dan ideologi negara bangsa Indonesia. Berikut sudut pandang secara garis besar melihat persoalan apa yang dialami Palestina dalam perspektif Historis, Konstitusi-Ideologi, Humaniti, dan Religius berdasarkan data dari sumber tertelusur.

HISTORIS
Palestina adalah negara berdaulat sebagaimana negara Indonesia. Secara histori, antara Indonesia-Palestina telah terjalin hubungan spirit & konkrit dalam perwujudan kemerdekaan dari penjajahan kolonial bangsa asing. Untuk meraih kemerdekaan, sebuah negara harus mendapatkan pengakuan dunia internasional. Palestina adalah negara pertama dimana Pembesarnya melakukan seruan pengakuan Kemerdekaan RI 1945 kemudian Mesir secara resmi kenegaraan ditahun 1949 mengakui kedaulatan Republik Indonesia atas gerakan Syaikh Hasan Al-Banna (Pimpinan Al-Ikhwan Al-Muslimun). Tidak hanya itu, Palestina juga terbukti memberikan bantuan ril materil melalui seorang pengusahanya sebagai bentuk dukungan Kemerdekaan Indonesia meski mereka sendiri juga tengah berjuang dari perampasan dan penindasan Zionist Israel.
Dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI serta Pahlawan Nasional RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI ), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution. M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peran-serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia , di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:”.., pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan.”
Di sisi lain, ada seorang saudagar kaya Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher, beliau spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia. Suatu hari Muhammad Ali Taher menarik M. Zein Hassan ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia (wadah perjuangan diplomasi revolusi kemerdekaan Indonesia di luar negeri) ke Bank Arabia, mengeluarkan semua uangnya yang tersimpan di bank itu dan kemudian memberikannya kepada ketua Panitia Pusat tanpa meminta tanda bukti penerimaan dan berkata, “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!” (hal 247).
KONSTITUSI dan IDEOLOGI
Dipandang dalam kacamata konstitusi, negara kita sangat menjunjung tinggi sebuah kemerdekaan dan mengutuk segala bentuk penjajahan dimanapun beradanya. Hal ini tertuang pada alinea pertama dan keempat dalam Pembukaan UUD 1945 :
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
“Kemudian dariapada itu untuk memberntuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.”
Demikian juga bila dipandang berdasarkan ideologi Pancasila bangsa kita. Pada sila kedua dikatakan bahwa bangsa kita sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan : ”Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”
Maka berdasarkan nilai Pancasila diatas, tidaklah beradab sebuah bangsa yang menjajah dan membantai (genocide) bangsa lain ataupun merampas tanah bangsa lain untuk dijadikan tanah airnya. Inilah yang dialami Palestina selama puluhan tahun secara legal formal sejak klaim berdirinya Israel Raya 1948 oleh Zionist Isreal sampai hari ini. Dimana sebelumnya, melalui tangan Inggris telah menjajah Palestina kemudian menjadikannya kue potong untuk Zionist Israel.
Gambar paling kiri berwarna kuning adalah peta Palestina di tahun 1917 sebelum Deklarasi Balfour dimana Inggris menerima pendirian negara bangsa Yahudi yang diinisiasi Theodore Herlz (Zionist Israel). Lalu seiring waktu dengan masuknya orang-orang Yahudi disertai dukungan berbagai kekuatan barat (termasuk PBB) wilayah Palestina kian mengecil sedang penjajah Israel kian esksis menguasai tanah rampasan (warna hijau). Dan hari ini kita masih bisa menyaksikan bagaimana Israel telah dan masih meggerogoti setiap jengkal tanah Palestina hingga hanya menyisakan Tepi Barat (West Bank) & Gaza.

Berikut bukti foto peta Palestina (seharusnya) yang dimuat oleh New York Tribune pada 17 Juni 1917.
Tidak cukup sampai pada ranah konstitusi dan ideologi bangsa, bahkan proklamator kemerdekaan RI, bapak Ir. Soekarno memiliki sikap yang tegas dan jelas dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Pasca kemerdekaan, melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung, Bung Karno mendorong kemerdekaan bagi negara-negara di Asia-Afrika, termasuk Palestina. Sejumlah negara di Asia-Afrika yang kemudian memproklamirkan kemerdekaannya, antara lain Sudan, Maroko, Ghana, Togo, Kongo, Mali, Nigeria dan Yaman Utara. Di sini, Bung Karno mengirimkan sinyal yang jelas tentang dukungan pada kemerdekaan Palestina dengan menolak partisipasi Israel dan sebaliknya menghadirkan pejuang Palestina, Yasser Arafat.
Palestina memang belum merdeka setelah itu, dan hingga saat ini. Namun sikap dukungan kepada Palestina telah ditunjukkan Bung Karno dalam pidatonya pada tahun 1962: “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel!
HUMANITI
Palestina adalah negeri diberkahi dengan penduduknya yang sangat sabar. Tanah mereka dirampas, anak-suami-istri-orang tua mereka dibantai, perekonomian mereka dihancurkan secara sistematis, hak mereka tidak diakui, keadilan direnggut, rumah-rumah ibadah dinistakan, bangunan sipil/swasta maupun milik otoritas pemerintah eg sekolah-rumah sakit-tempat tinggal dirobohkan, tapi keceriaan dan optimisme perjuangan dalam jiwa mereka tidak bisa diregut.
Ditengah puing-puing bangunan para pemuda Palestina tetap bersemangat untuk menuntut ilmu, dan anak-anak tetap bergembira dalam permainannya. Bangunan-bangunan yang telah roboh segera dibangun kembali dan setiap usia merasa bersemangat untuk menghapalkan Quran. Bagian yang paling membuat salut adalah pribadi mereka pantang untuk mengemis. Mereka lebih suka bekerja/menjual sesuatu untuk mendapatkan uang daripada meminta-minta (mengemis). Hal yang sama juga akan kita temui dengan orang-orang di kamp pengungsian Suriah. Seperti pesan yang hendak disampaikan kepada kita bahwa dunia mereka boleh dihancurkan tetapi tidak dengan kemuliaan agama dan kehormatan dirinya.
Anadolu Agency merilis jumlah korban akibat agresi kebrutalan Zionist Israel di Palestina sepanjang tahun 2015. Sebanyak 14.064 penduduk Yahudi & pasukan keamanan Israel menyerbu komplek Al Aqsa, 178 korban meninggal Palestina, 16.200 korban luka & cacat Palestina, 6.830 penduduk Palestina dipenjarakan, 539 rumah penduduk Palestina dihancurkan, dan 742 penduduk Palestina dipaksa meninggalkan rumahnya (digusur paksa).
Bahkan berdasarkan data PBB yang disampaikan oleh Human Right Watch (Organisasi Pemerhati HAM Dunia) menyatakan bahwa korban di pihak Palestina setahun sebelumnya yakni pertempuran di Gaza pada bulan Juli dan Agustus 2014, menelan korban lebih besar lagi. Setidaknya 2.100 korban meninggal dimana berdasarkan laporan PBB sejumlah 1.500 jiwa merupakan penduduk sipil (550 korban merupakan anak-anak), dan hampir 11.000 jiwa korban luka/cacat. Sepuluh ribu serangan rudal Israel menyebabkan banyak kerusakan selama peperangan berlangsung. Serangan tersebut telah meluluhlantakan 22.000 rumah, menggusur 108.000 orang, serta menyisakan ratusan ribu penduduk mengalami kekurangan pasokan air dan listrik.
Selain itu, data yang dimuat dalam Laporan Tahunan Badan PBB untuk Koordinasi Bantuan Kemanusiaan (OCHA) menyebutkan tahun 2014 merupakan yang paling mematikan sejak pencaplokan pertama Israel pada 1967. Korban jiwa di Gaza mencapai 2.256 (tertinggi sejak tahun 2000) dimana 551 korban jiwa adalah anak-anak dan 299 korban jiwa wanita. Sedang di pihak Israel sendiri memakan korban 77 jiwa dimana 4 korban jiwa warga sipil (termasuk satu korban jiwa anak).
Zionist Israel tidak hanya membantai rakyat Palestina tetapi juga menghancurkan kegiatan ekonomi Palestina secara sistematis dengan menghancurkan rumah-rumah warga Palestina dengan laju luar biasa. Akibatnya, Hampir 500.000 orang atau 28% warga Palestina terpaksa menjadi pengangguran dan pengungsi di tanah sendiri. Banyak dari mereka mengandalkan hidup pada bantuan kemanusiaan. Di Tepi Barat, jumlah pengungsi pada 2014 juga memecahkan rekor tertinggi sejak OCHA mulai melakukan pencatatan pada 2008. Jumlah pengungsi pada 2014 bertambah hingga 20% ketimbang tahun sebelumnya. Sebab, serangan Israel menyasar pemukiman warga. Maka nyatalah, Israel secara terang-terangan telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan.
Dan teranyar, sejak awal tahun 2016 ini Israel telah menangkapi setidaknya 1.000 anak-anak dibawah umur, usia antara 11-18 tahun, termasuk 70 diantaranya anak-anak dari Yerusalem Timur ditempatkan dibawah tahanan rumah. Disis lain, sistem pengadilan Israel adalah pengadilan yang menganut hukum vonis akumulasi. Contoh kasus yang dihukumi vonis akumulasi pada kasus yang sangat terkenal tahun 2003, pengadilan Israel memvonis hukuman penjara 400 tahun kepada Hujjah (pemuda Palestina, anggota Al Qassam) tanpa memberikan penjelasan apapun. Demikianlah, hal itu terjadi pula kepada para tahanan lain hingga pada masa sekarang baik terhadap anak dibawah umur maupun orang dewasa, pengadilan Israel dengan mudah menjatuhka hukuman puluhan-ratusan tahun tanpa perlu menunjukkan bukti ataupun penjelasan.
Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keberadaban, Indonesia sendiri menyikapi kondisi terpuruknya Palestina dengan cara melakukan aksi sosial baik melalui lembaga pemerintah maupun lembaga kemanusiaan non pemerintah serta berbagai organisasi (agama, kemahasiswaan dan kemasyarakatan) yang ada dengan cara mengirimkan relawan dan berbagai bantuan moril serta materil seperti apa yang dilakukan oleh KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina), ACT (Aksi Cepat Tanggap), PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat), BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia), Sahabat Al Aqsa, Adara Relief Internasional, KISPA (Komite Indonesia Untuk Solidaritas Palestina), Dompet Dhuafa, dst.
Pemerintahan Indonesia telah memberikan donasi hibah senilai Rp. 20 milyar kepada Islamic Development Bank (IDB) dalam pembangunan Indonesian Cardiac Facility di rumah sakit Al-Shifa di Gaza, Palestina. Lalu di bulan 2015 pemerintahan juga memberikan bantuan US$ 1 Juta untuk perkembangan situasi di Gaza. Sedangkan bantuan dari NGO berlangsung rutin tiap tahunnya seperti yang dilansir dalam laman situs KNRP baru-baru ini. Dalam gelaran Hari Raya Idul Adha 1437 H/2016 KNRP bersama Adara menyalurkan donasi rakyat Indonesia untuk Palestina sejumlah 125 sapi qurban (atau 875 kambing qurban) dan uang senilai 2 Miliar rupiah.
Empati merupakan inti dari semua ajaran agama di dunia. Maka atas nama kemanusiaan, dunia harus berempati melihat tragedi di Gaza ini. Kemanusiaan harus menjadi landasan utama dalam menyikapi keadaan di Gaza, Palestina. (Karen Amstrong)
RELIGIUS
Selain sisi historis, konstitusi dan idelogi, antara Indonesia dan Palestina juga memiliki kedekatan hubungan emosional dimana Indonesia merupakan republik dengan mayoritas umat Islam maka tragedi yang menimpa dunia Islam tentu memberikan efek tersendiri yang mudah dirasakan oleh muslim Indonesia. Pada sisi religius, dikutip dari Nurjanah Hulwani dalam Hikmah Berserak dari Bumi Gaza Palestina, 2014 hal. 125-133, Palestina merupakan wilayah istimewa dengan beberapa keutamaannya antara lain:
Tanah Isra’ Mi’raj , Diberkahi Dan Kenabian Bumi Syam (Palestina, Suriah, Lebanon, Libanon, Yordania) adalah wilayah yang diberkahi dan pada malam Isra’ Mi’raj dipilih sebagai tempat Nabi SAW untuk shalat bersama para Nabi yang lain (ia SAW menjadi imamnya). Sebagaimana termaktub dalam Qs.17:1 ”Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya...” Isra’ dan Mi’raj terjadi pada fase Mekah yaitu pada bulan Rajab (619 M). Peristiwa ini menjadi pembeda antara orang beriman dan yang berada ditepinya karena setelah peristiwa itu orang-orang yang kuat imannya semakin beriman, sementara beberapa ada yang murtad. Setelah peristiwa itu pula Sahabat Abu Bakar RA mendapatkan gelar ash-Shidiq artinya orang yang sangat membenarkan karena Abu Bakar RA yang pertama kali membenarkan dan mengimani Isra’ Mi’raj tanpa keraguan. Disini pula diutusnya banyak Nabi dan Rasul. Nabi Isa AS, Daud As, dan Sulaiman AS dilahirkan, tumbuh hingga berdakwah. Nabi Ibrahim AS dan Luth AS bermigrasi ke Syam. Selain itu, Nabi Ibrahim AS, Ishaq AS, Ya’qub AS, Yusuf AS dan Musa AS dikuburkan disana. Dalam hadits riwayat at-Tirmidzi dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah SAW menjelaskan tentang kesucian bumi Syam. Zaid bin Tsabit berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Betapa diberkahinya Syam! Betapa diberkahinya Syam!’ lalu orang-orang bertanya,’Bagaimana itu diberkahi ya Rasulullah SAW?’ Nabi menjawab,’Para malaikat membentangkan sayapnya diatas Syam dan para Nabi telah membangun Baitul Maqdis (al Quds).’”
Kiblat Pertama Masjidil Aqsa adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam setelah Mekah dan Madinah juga merupakan kiblat pertama. Hal ini berlangsung selama 16-17 bulan samapai Allah SWT menyampaikan wahyu yang memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengubah arah kiblat ke arah Ka’bah di Mekah pada bulan Sya’ban atau Rajab tahun ke-2 Hijriyah. “Kami melihat wajahmu (Muhammad SAW) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan, dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu...” (Qs. 2:144)
Tanah Tempat Semua Manusia Akan Dikumpulkan Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya menyatakan bahwa Maimunah, saudara perempuan Sa’ad dan pembantu Rasulullah SAW berkata, “Wahai Nabi SAW, berikanlah kami sebuah pernyataan tentang Baitul Maqdis. Nabi SAW menjawab, ‘Dia adalah tanah tempat manusia dibangkitkan dan dikumpulkan.’” (HR. Ahmad)
Negeri Pilihan dan Orang Pilihan Tidak banyak negeri atau wilayah di bumi ini yang disebut berulang-ulang oleh Rasulullah SAW seperti negeri Syam. Berikut sabda Nabi SAW yang berkaitan dengan keutamaan bumi Syam. “Perhilah ke Syam karena ia adalah bumi pilihan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaikNya untuk kesana. Jika kalian tidak mau, pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga kalian. Karena sesungguhnya, Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya.” (HR. Abu Daud, Ibnu Hibban dan al-Hakim)
KESIMPULAN
Persoalan Palestina jika ditinjau melalui pendekatan aspek Historis, Konstitusi-Ideologi, Humaniti, dan Religius menunjukkan bahwa :
  • Palestina adalah isu penting dalam spirit kemerdekaan Republik Indonesia.
  • Tindakan agresi Israel terhadap Palestina tidak dapat ditolerir ataupun dibenarkan.
  • Mendukung penuh perjuangan kemerdekaan Palestina sejalan dengan konstitusi Republik Indonesia dan ideologi Pancasila serta dibenarkan dalam nilai-nilai kemanusiaan dan agama.

Sumber :
Hulwani, Nurjanah. 2014. Hikmah Berserak dari Bumi Gaza Palestina. Jakarta : Gema Insani.
Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faghfirli Yaa Rabb

Al Izzatu Lillahi Wahdah,

Ujian Yang Terjadi Kerana Allah Cintakah..?