Yang Lebih Utama Dari Doa


๐Ÿน๐Ÿน๐Ÿน๐Ÿน๐Ÿน๐Ÿน๐Ÿน๐Ÿน๐Ÿน

Ada yang menjadi pertanyaan seputar doโ€™a Arafah:

Rasulullah pernah bersabda: Sebaik-baik doโ€™a adalah doโ€™a hari Arafah, dan sebaik-baik doโ€™a yang aku baca dan dibaca oleh nabi-nabi sebelumku adalah:

ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ูŽุง ุดูŽุฑููŠูƒูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู…ูู„ู’ูƒู ูˆูŽู„ูŽู‡ู ุงู„ุญูŽู…ู’ุฏู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠุฑูŒ

Pertanyaannya: Yang disebutkan Rasulullah ini adalah zikir, tidak terdapat doโ€™a atau permintaan di sana. Tapi kenapa Rasulullah menyebutnya itu doโ€™a?

Pertanyaan seperti ini juga pernah ditanyakan oleh Husain bin Hasan al Marwazi kepada Sufyan bin โ€˜Uyainah, lalu beliau menjawab:

โ€œDia memang zikir, tidak terdapat di dalamnya doโ€™a. Akan tetapi Nabi pernah bersabda dalam sebuah hadits Qudsi yang berasal dari firman Allah: โ€œSiapa yang sibuk dengan mengingat-Ku dari meminta kepada-Ku, akan Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada yang Aku berikan kepada orang yang memintaโ€.

Kemudian beliau menambahkan dengan sebuah syaโ€™ir yang dilantunkan oleh Umayyah bin Abi Shalt untuk memuji Abdullah bin Judโ€™an:

ุฃุฃุฐูƒุฑ ุญุงุฌุชูŠ ุฃู… ู‚ุฏ ูƒูุงู†ูŠ โ€ฆโ€ฆ.. ุญูŠุงุคูƒ ุฅู† ุดูŠู…ุชูƒ ุงู„ุญูŠุงุก
ุฅุฐุง ุฃุซู†ู‰ ุนู„ูŠูƒ ุงู„ู…ุฑุก ูŠูˆู…ู‹ุง โ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. ูƒูุงู‡ ู…ู† ุชุนุฑุถูƒ ุงู„ุซู†ุงุก

Artinya kira-kira begini:

โ€œApakah perlu aku menyebutkan kebutuhanku, atau rasa malumu sudah cukup bagiku. Kamu sungguh orang yang mempunyai sifat pemalu.

Apabila suatu hari seseorang memujimu, cukuplah baginya pujian itu sebagai pemaparan terhadap apa yang ia inginkan darimuโ€.

Maksud syaโ€™ir ini adalah:

Suatu kali Umayyah bin Abi Shalt โ€“ tokoh masyarakat dari daerah Thaif di zaman jahiliyyah โ€“ mendatangi Abdullah bin Judโ€™an โ€“ salah seorang tokoh Quraisy yang sangat terhormat, yang sangat terkenal dengan kedermawanannya โ€“ untuk mengutarakan keinginannya minta bantuan dana. Tapi dia merasa sangat sungkan untuk mengungkapkannya secara terus terang.

Karena ia seorang yang sangat mahir dalam bersyaโ€™ir, ia ungkapkan dalam bentuk bait-bait syaโ€™ir yang mengandung pujian. Di akhir syaโ€™irnya itu ia mengatakan โ€œcukuplah syaโ€™ir pujian ini sebagai ungkapan isi hatiku yang sebenarnya atas apa yang aku inginkan. Tidak usahlah aku harus berkata terus terang. Aku malu untuk mengungkapkannya, sementara kamu adalah orang yang sangat cerdas untuk memahami apa isi hatiku yang tergambar pada ungkapan syaโ€™ir-syaโ€™ir ku iniโ€.

Imam Sufyan bin โ€˜Uyainah melanjutkan penjelasannya:

Ini adalah makhluk, ketika ia disifati sebagai orang yang sangat dermawan cukup dengan pujian sebagai ungkapan meminta kepadanya. Apalagi kepada Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemurah.

Jadi, sekalipun zikir pujian kepada Allah itu tidak mengandung doโ€™a, tapi kalimat itu lebih manjur dari pada doโ€™a sebagai ungkapan apa yang kita inginkan kepada Allah yang Maha Mendengar doโ€™a hamba-Nya.

Hal itu dikuatkan dengan sebagian doโ€™a-doโ€™a yang diajarkan Allah dalam al Qurโ€™an, tidak ada mengandung permintaan, tapi hanya ungkapan pengaduan atau semacam laporan, di antaranya:

๐Ÿน1. Kita lihat doโ€™a ayahnda kita Nabi Adam dan Ibunda Siti Hawa ketika bertaubat dari keterlanjurannya memakan buah terlarang:

ู‚ูŽุงู„ุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ุธูŽู„ูŽู…ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ููุณูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุชูŽุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ู„ูŽู†ูŽูƒููˆู†ูŽู†ูŽู‘ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽุงุณูุฑููŠู†ูŽ

โ€œKeduanya berkata: โ€œYa Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugiโ€. (Al Aโ€™raf: 23)

๐Ÿน2. Doโ€™a Nabi Ayyub memohon kesembuhan dari penyakitnya:

ูˆูŽุฃูŽูŠูู‘ูˆุจูŽ ุฅูุฐู’ ู†ูŽุงุฏูŽู‰ ุฑูŽุจูŽู‘ู‡ู ุฃูŽู†ูู‘ูŠ ู…ูŽุณูŽู‘ู†ููŠูŽ ุงู„ุถูู‘ุฑูู‘ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ู ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู†ูŽ. ููŽุงุณู’ุชูŽุฌูŽุจู’ู†ูŽุง ู„ูŽู‡ู ููŽูƒูŽุดูŽูู’ู†ูŽุง ู…ูŽุง ุจูู‡ู ู…ูู†ู’ ุถูุฑูู‘ ูˆูŽุขุชูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ู ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู…ูุซู’ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ุนูู†ู’ุฏูู†ูŽุง ูˆูŽุฐููƒู’ุฑูŽู‰ ู„ูู„ู’ุนูŽุงุจูุฏููŠู†ูŽ.

dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: โ€œ(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayangโ€.

Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Al Anbiya': 83-84)

Dalam ayat ini Nabi Ayyub tidak ada meminta dengan bahasa langsung, beliau hanya mengadukan apa yang menimpa dirinya.

๐Ÿน3. Doโ€™a Nabi Yunus ketika berada dalam perut ikan:

ู„ุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ุฅูู†ูู‘ูŠ ูƒูู†ู’ุช ู…ูู†ูŽ ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู†ูŽ

โ€œTidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalimโ€ (Al Anbiya': 87)

Kemudian Rasulullah menguatkan bahwa ungkapan ini adalah doโ€™a:

โ€œTidak seorang pun di antara orang muslim yang berdoโ€™a dengan doโ€™a ini dalam suatu perkara melainkan Allah akan mengabulkan permintaannya ituโ€. (HR. Turmudzi, Nasa-i dan Hakim)

๐Ÿน4. Nabi Musa ketika mengungkapkan kefakiran dan kebutuhannya kepada makanan dan orang yang mengayomi, dia bermunajat:

ุฑูŽุจูู‘ ุฅูู†ูู‘ูŠ ู„ูู…ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ู’ุชูŽ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ู…ูู†ู’ ุฎูŽูŠู’ุฑู ููŽู‚ููŠุฑูŒ

โ€œYa Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadakuโ€. (al Qashash: 24)

Di samping itu semua, saya mendapatkan pelajaran dari anak saya Abdullah yang kalau minta sesuatu tidak pernah menggunakan bahasa โ€œmintaโ€ secara terus terang. Kami tidak pernah mengajarinya bicara seperti itu, tapi sepertinya dia mendapatkan bahasa halus itu secara fitrah.

Kalau dia menginginkan sesuatu selalu menggunakan bahasa โ€œtaโ€™ridhโ€ atau sindiran. Seperti: โ€œMobil-mobilan ini bagus ya, bi?โ€, Teman Abdullah si Fulan punya mainan seperti ini, biโ€, Abi ada rezki untuk beli buku baru?โ€

Yang membuat saya tidak berdaya dan perasaan ingin memenuhi segera apa yang ia inginkan kalau dia berkata seperti ini: โ€ Abi, teman-teman Abdullah yang lain makan pizzaโ€,โ€ Abdullah saja yang tidak makan ayam goreng, biโ€.

Ini adalah ungkapan seorang manusia kepada sesama manusia yang kasih sayangnya sesama mereka berasal dari karunia Allah. Bagaimana kasih sayang Allah yang menciptakan manusia itu yang bersifat dengan Maha Penyayang, tentu Dia akan memperkenankan lebih cepat dari pada itu. Cuma kita manusia saja yang bersifat dengan ketergesa-gesaan.

Lihat lah bagaimana Allah memperkenankan doโ€™a dari mulut hamba-Nya Nabi Ayyub yang sangat sabar ketika beliau mengadukan penyakitnya. Ketika itu Allah menyembuhkan beliau secara instran, tanpa proses alami yang biasanya dilalui manusia, yang sembuh dari penyakit secara berangsur-angsung. Apalagi kalau penyakit itu sudah mengidap selama 18 tahun.

๎†Ya Allah, jadikanlah lidah kami selalu basah dengan mengingat-Mu.๎†

(Zulfi Akmal, Al-Azhar Cairo)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faghfirli Yaa Rabb

Al Izzatu Lillahi Wahdah,

Mengajar Alquran dengan Metode Utsmani Kepada Anak-Anak