Kado terindah untuk Engkau yang Mau Bersabar...

Alhamdulillah lama tak bersua, home... Kali ini aku akan berceritera sebuah kisah fiktif yang terinspirasi dari kisah nyata, dalam bentuk cerita pendek ya.. Baiklah mari kita masuki...

~~~~


Aku memiliki sepupu perempuan yang lebih tua diatasku, seorang yang menginspirasiku dalam kisah-kisah yang ia lalui. Namanya yuk Tari Soeharto (yuk : panggilan kakak perempuan Palembang), seorang ibu rumah tangga shalihah berusia 31 tahun dengan dua anak kembar dan kini tinggal di Brussel. Aku mengenalnya cukup dekat karena kami adalah teman sepermainan masa kecil dan saling berbagi curhat sampai kini. Yuk Tari wanita yang ayu (darah manis perpaduan dari ayahnya orang Jawa Tengah dan ibunya orang Melayu), gigih, berani, menyeramkan bagi laki-laki (ini ada kisah tersendiri yang membuatku tertawa mengingatnya), humoris dan agak tertutup berbagi ruang pribadinya kecuali kepada yang ia percaya (seperti aku misalnya, hehe..).

Yuk Tari bukan anak yang begitu cerdas, track record nilainya sejak SD-SMP sangat biasa, dia juga ga tertarik untuk menjadi bintang sekolah, lebih suka bermain kasti (dan menjadi jagoan dalam bidang ini) dan tak jarang beradu mulut sampai berkelahi dengan laki-laki (ya bisa dibilang bad girl). Tetapi di masa SMA seakan ada sesuatu yang memasuki dan sedikit mengubah pikirannya. Dia tetap sebagai "pusat perhatian" bersama genk ceriwisnya dan kali ini dikenal sebagai siswi berprestasi yang mewakili sekolah dalam ajang kompetensi olimpiade dan siswa/i teladan kota. Di masa SMA pulalah, yuk Tari mengenal sosok ikhwan (ikhwan : laki-laki, Arab) Rohis yang menyita perhatiannya, Salman. Salman seorang ketua Rohis SMA lain yang juga rivalnya ketika olimpiade dan seleksi siswa/i teladan kota. Mereka hanya bertemu di ajang-ajang prestasi. Dari sosok Salman pula, yuk Tari mengenal organisasi remaja Islam dan duduk di dalamnya. Ketika menceritakan tentang Salman, yuk Tari terlihat merona (hehe..). Dia menuturkan bahwa Salman adalah remaja muslim yang taat dan berprestasi, diantara kesibukannya Salman tetap menjaga tilwah quran dan sangat menjaga pandangannya. Mereka pernah berseteru, dan membuat yuk Tari menyesal.

Diakhir karir SMA, yuk Tari berhasil mengalahkan Juara Umum bertahan yang juga teman sekelasnya. Mereka sama-sama ambisius, jago Fisika, dan menjadi pusat perhatian saat ujian. Setelah kelulusan SMA, semua bersuka cita melanjutkan ke kampus dan fakultas idaman masing-masing. Teman-teman se-genk-nya sepakat untuk reuni di fakultas kedokteran dan akuntansi kota kembang, termasuk Salman, ia melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran Univ Indonesia. Yuk Tari mendapat undangan kuliah tanpa seleksi di dua Universitas Negeri dengan masing-masing fakultas Kedokteran dan Kimia. Yuk Tari bahagia bukan kepalang dan sudah memiliki kecenderungan untuk melanjutkan ke fak.Kedokteran. Dia sudah membayangkan nantinya akan mengikuti organisasi apa saja dan menikmati tiap mata kuliah.. Unfortunately, baik wak lanang maupun wak betino (wak lanang : sebutan untuk kakak laki-laki orang tua, wak betino : sebutan untuk kakak perempuan orang tua Palembang) tidak memberikan izin dengan alasan lokasi kedua universitas tsb diluar kota. Kandas sudah impian yuk Tari untuk kuliah diluar kota..

Dengan hati yang lara, yuk Tari mengikuti seleksi masuk PTN di Palembang. Entah apa dia lakukan selama test, hasilnya gagal. Semua keluarga sontak kaget, kok bisa gagal. Masa itu masa berkabung bagi yuk Tari... Kami pun kehilangan keceriaannya, yuk Tari menjadi sosok pendiam dan sensitif. Wak lanang dan wak betino merasa bersalah dengan keputusannya saat ga memberikan izin. Semua hening, anak perempuan pertama yang kerap dibangggakan oleh wak kini jatuh dalam kegagalan. Namun wak ga kehilangan akal, untuk membangkitkan kembali semangat yuk Tari, wak meminta yuk Tari mengambil kuliah di Universitas Swasta dalam kota sambil menunggu tahun depan untuk mengikuti seleksi lagi. Yuk Tari mengiyakan sambil menguncir rambutnya yang panjang. Ya, yuk Tari belum berhijab saat itu.

***

Satu tahun pun berlalu, dengan penuh semangat yuk Tari mengikuti seleksi lagi, kali ini dia mengikuti saran wak untuk kuliah di PTN dalam kota. Padahal dia bahagia dinyatakan lulus ketika ikut pre-test seleksi di kampus idaman luar kota dan menaruh harapan kuliah disana, kota kembang.Tapi demi ridha wak, yuk Tari pun menurutinya. Masa pengumuman hasil pun tiba, disayangkan lagi.. yuk Tari tidak lulus ujian. Drop.. Yuk Tari kembali bersedih. Kali ini sedihnya berkurang karena wak langsung menjanjikan untuk mengkuliahkan dalam program ekstensi di Univ Negeri dalam kota. Tiba-tiba.. terjadi sesuatu diluardugaan..

Yuk Tari harus segera berangkat ke Kota Pahlawan, Surabaya. Beasiswa yang pernah ia ajukan di salah satu Institut bergengsi Surabaya, diterima. Disinilah awal mula titik balik sosok yuk Tari, ketika hidayah itu turun..Di kampus ini ia mengenal kembali tentang dunia keislaman melalui LDK (Lembaga Dakwah Kampus) yang membuatnya memutuskan utk selamanya munutup aurat (berhijab).Ga sekedar berhijab, ia juga menjadi muslimah yang rajin mengikuti kajian tarbawi walau belum berani untuk memegang kelompok liqo (kelompok pengajian). Alasannya karena masih belum sempurna hijab dan ilmunya.

Dalam dunia akademi, Yuk Tari kembali menelurkan prestasi, ia berhasil mengukir IP tertinggi berturut-turut dan dipercaya sebagai Ketua Study Club Sipil angkatannya. Hingga ujian itu kembali tiba.. Ditengah puncak ambisinya untuk menjadi lulusan terpuji, yuk Tari diterpa ujian romantika. Ia jatuh cinta pada salah seorang rekan organisasinya di Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam). Hal itu bermula dari pendakian Gunung Bromo yang mereka ikuti bersama tim. Harry, laki-laki muslim keturunan Belanda-Trenggalek itu berhasil membuatnya takluk. Mereka tidak sempat berpacaran, tapi sempat membuat yuk Tari kehilangan konsentrasi belajar. Ia jadi asik mengikuti setiap pendakian gunung, hingga wak betino pun sempat mengultimatum agar yuk Tari mengurangi aktifitas Mapala-nya karena melihat IP yuk Tari yang kian menurun.

Ultimatum wak berhasil sedikit mengerem aktifitas Mapalanya tapi tidak perasaannya terhadap Harry. Sampai suatu ketika, ada kajian pranikah yang diadakan oleh LDK dengan mengundang salah seorang penulis ternama. Yuk Tari tergelitik untuk hadir dalam acara tersebut. Ia nikmati sesi demi sesi, hingga ga terasa air matanya mengalir deras.

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.(QS. 43:67)

Ia menyadari apa yang ia lakukan kurang baik, sejak saat itu ia memutuskan keluar dari Mapala, mengakhiri HTS (Hubungan Tanpa Status) terhadap Harry (sampai Harry menangis menanyakan apa yang terjadi. Alhamdulillah akhirnya Harry menghormati keputusan yuk Tari untuk tidak bisa lagi akrab seperti dulu. Dikisahkan juga ketika Harry ingin menikahinya, yuk Tari telah dilamar oleh laki-laki yang tak terduga. hehe.. ada kisahnya, sabar ya) dan aktif dalam LDK.Saat itu semester 7.

***

Tidak ada keterlambatan dalam kebaikan. Di akhir masa kuliahnya, yuk Tari belajar kembali dari nol untuk menata hati - memperbaiki diri. Semua celana gunung yang suka ia banggain pas mudik kini ia bagikan kepada adik-adik asuh LDK, ia mentransformasi diri menjadi seorang Muslimah yang anggun. Disamping sibuk menyelesaikan skripsi, yuk Tari juga menyibukan diri belajar tahsin tilawah  (memperbaiki-memperbagus bacaan alquran) dan memegang kelompok binaan (liqo).

Kebaikan tidaklah mengundang selain kebaikan pula. Transformasi yang dilakukan yuk Tari mengundang kembali prestasinya, meski sempat jatuh, IPK-nya tetap masuk kategori terbaik. Ia lulus dengan bahagia. Dalam pesta kelulusan tsb ia dan Harry saling mengucapkan selamat, ya Harry dari fakultas Teknik Elektro sedang ia Teknik Sipil. Tidak ada yang istimewa dalam percakapan mereka, semua dilakukan secara wajar walau sesekali Harry bercanda menanyakan apakah yuk Tari akan menerimanya jika ia nanti melamar. Yuk Tari hanya membalas dengan senyum, ia tidak ingin mengulangi hal yang sama, batinnya.

Kelulusan selesai, sesuai permintaan wak, yuk Tari pulang ke Palembang dan menjalin kerjasama kontrak dengan sebuah perusahaan industri.

***

Yuk Tari bekerja merancang dan menguji bangunan proyek. Hampir semua rekan kerjanya adalah laki-laki, dan semuanya perokok. Hal ini yang sangat ia keluhkan kepadaku dalam emailnya. Dulu saat awal kuliah, yuk Tari terobsesi menjadi wanita karir dengan power tinggi. Ia sangat ingin memiliki kesetaraan wewenang dengan kaum adam atau sering disebut kesetaraan gender oleh kaum feminis. Tapi waktu telah mengubahnya, yuk Tari tidak lagi berambisi untuk menjadi superwoman dalam karir melainkan ia ingin menjadi supermom.

Diakhir masa kontraknya, pihak perusahaan kembali mengajukan perpanjangan kontrak tapi hati yuk Tari tidak mengiyakan, meski pihak perusahaan kembali membujuk, yuk Tari tetap dengan pendiriannya. Ia tidak ingin kembali bekerja menjadi karyawan. Ia memiliki azzam (tekad) baru untuk membangun ekonomi secara mandiri dengan menjadi enterpreneur,. Yuk Tari menuturkan, ia tidak ingin anak-anaknya mengalami apa yang ia rasakan. Kekurangan perhatian orang tua karena terlalu sibuk dengan karir masing-masing (ya wak lanang seorang pengacara dan wak betino seorang pegawai kejaksaan). "Bayangin Ky, ayuk sampe terbiasa dengan ga ada orang dirumah. Ketika teman-teman yang lain asik bercerita dengan mamahnya, ayuk ga mendapatkan teman bercerita di rumah. Ga ada orang. Sepi. Semua baru berkumpul ketika menjelang maghrib. Ini terjadi sejak ayuk SD.", ujarnya sedih padaku. Ya, aku bisa merasakan hal itu yuk.. Aku baru fahm sekarang.

***

Romantika Yuk Tari terjadi lagi.. Kali ini, tidak seperti kisahnya dengan Harry. Yuk Tari dikenalkan dengan seseorang oleh sahabatnya sendiri. Seorang akuntan muda dan berprestasi, namanya Ruhut. Mereka sempat berpapasan di sebuah Masjid yang sering ia ziarahi. Ternyata Ruhut ketika pertama kali melihat Yuk Tari langsung menaruh asa, love at first sight mungkin. hehe.. Diujung diketahui, ternyata kehadiran Ruhut disana juga atas bujukan temennya yang ingin menjodohkannya dengan yuk Tari.

Ta'aruf pun digelar. Ta'aruf pertama dalam kehidupan yuk Tari selama 23 tahun. Ahmad, sahabatnya membantu sebagai fasiliatator selain karena rekan kerja Ruhut, Ahmad juga seorang shalih. Ruhut seorang hanif, keturunan Padang-Medan, lengkapnya Ruhut Chaniago berasal dari Batam. Diawali dengan shalat istikahrah antara kedua belah pihak dan musyawarah, alhamdulillah semua proses berjalan sangat lancar, seminggu masa ta'aruf langsung khitbah yang dilakukan oleh Ruhut bersama Murabbi (Guru Ngaji) barunya. Itu terjadi dibulan Ramadhan. Dari hasil khitbah tsb, wak dan Ruhut sepakat akan mengadakan pertemuan antara kedua keluarga besar dan menentukan tanggal pernikahan. Nanti, satu minggu setelah Idul Fitri.

Pertemuan antara kedua keluarga besarpun terlaksana, semua hadir mulai dari eyang, pakde, mamang, tante-tantenya Ruhut yang berjumlah 10 orang, dan semua keponakan. Yuk Tari tampil cantik menggunakan pakaian barokat pink dengan hijab menjuntai indah. Kelincahan yuk Tari yang kerap tampil dalam pergaulannya kini seolah mati suri oleh grogi yang ia rasakan. "Semuanya blank" katanya dalam telepon. Ia sangat kaku bersikap dengan calon mertuanya, mungkin karena  pertama kali jumpa batinku saat itu. Kedua keluarga besar bersepakat pelaksanaan walimahannya 6 bulan lagi. Yuk Tari agak shock karena Ruhut ketika masa ta'aruf mengungkapkan ingin segeranya menikah dan keluarganya pun mendukung keputusannya. "Disini, memang terasa sekali kurangnya komunikasi antara aku dan dia, Ky", ungkapnya kepadaku.

Persiapan walimahan pun dimulai, keluarga sudah bersiap mulai dari membuat daftar penerima undangan, konsep walimahan dll. Yuk Tari sudah menjalankan bisnis perdananya kala itu, batu bara. Dalam romantika ini, ada rahasia mungil bahwa yuk Tari masih belum sepenuhnya menerima Ruhut karena yuk Tari mengimpikan memiliki suami yang lebih baik darinya terutama dalam hal agama. Tetapi.. karena Ruhut hanif - berharap dengan pernikahan mereka kelak sebagai ladang amal baginya untuk mengajak suami bersama di jalan kebajikan - yuk Tari pun menyakinkan diri bahwa inilah yang terbaik. bismillah...

Ruhut tergolong cerdas dan menonjol dalam karir, bahkan Ruhut mencapai prestasi tertinggi di perusahaannya. Hal ini yang suka dijadikan temen-temennya menggoda yuk Tari. Bagi yuk Tari, bukan itu yang membuatnya terkesan.. Bayangan Salman menggelantung di pelupuk ingatannya. Ia begitu ingat betapa Salman sangat akrab terhadap alquran. Alquran saku yang selalu tersimpan kokoh dikantung bajunya tampak lusuh karena sering dibolak-balik. Kini Salman melanjutkan studi di Kanada bersama keluarga kecil barunya. Keluarga hafizhul quran yang harmoni dengan kemodernan. Ah, itu kan masa lalu, batin yuk Tari menguatkan.

Saat ini Ruhut-lah dihadapannya, maka yuk Tari harus realistis bahwa inilah kenyataan. Setapak demi setapak yuk Tari menerima Ruhut sebagai suatu keridhaan apabila inilah yang terbaik. Doa demi doa pun dipanjatkan agar diberikan bimbingan dan kekuatan, berlindung dari kejahilan syaithan. Hingga mendekati hari H, semestinya pihak laki-laki menyerahkan dokumen yang diperlukan guna keperluan Akad, tidak ada kabar dari Ruhut. Yuk Tari sudah gelisah apa yang terjadi apalagi Ruhut tengah berada di Batam dan mereka tidak pernah kontak secara langsung sebelumnya. Kegelisahan itu mencair dengan dering telepon dari orang tua Ruhut. Mereka mengabarkan bahwa Ruhut tengah mengalami kecelakaan dan dirawat di Rumah Sakit setempat. Yuk Tari dan wak kaget mendengar kabar duka tersebut dan memutuskan besok untuk terbang ke Batam.

***

Di bilik ruang RS, yuk Tari menyaksikan Ruhut terbaring lemah. Setitik embun kesedihan nan lembut menyapu hatinya. Kesangsiaannya terhadap Ruhut berubah menjadi kasih sayang yang ingin merawatnya. Ruhut masih dalam kondisi tidak sadar ketika yuk Tari dan wak membesuk. Mereka hanya ditemani oleh orang tua Ruhut, kebetulan Ruhut anak tunggal jadi tidak begitu ramai ketika berkumpul disana. Dengan kesedihan mendalam, ayah-ibu Ruhut menuturkan kronologi kejadian. Ruhut ditabrak mobil liar saat sepulang dari supermarket dekat rumah, mengalami gegar otak dan patah tulang. Yuk Tari menangis sesunggukan mendengarnya.

Yuk Tari telah berjanji bahwa ia akan tetap menerima apapun keadaan Ruhut sebagaimana ia mengenalnya dulu. Pernikahan ditunda hingga Ruhut merasa pulih. Dua minggu berlalu, pihak RS menyatakan bahwa Ruhut mengalami gegar otak ringan, tidak mengalami hilang ingatan (hal yang ditakutkan oleh keluarga) dan tulangnya sudah membaik, sehingga diperbolehkan pulang dan tetap kontrol ke RS. Bersama ke-empat orangtua ,yuk Tari menemani penjemputan Ruhut di RS. Masih tidak ada komunikasi antara mereka selain senyum dan saling menunduk malu-malu.

Setelah satu bulan, Ruhut sudah kembali aktif bekerja. Yuk Tari (ditemani sahabatnya) memberanikan bertanya perihal rencana pernikahan mereka. Ruhut memohon maaf karena tidak memberikan kabar akibat pekerjaannya yang sangat menumpuk dan menyita waktunya. Ruhut sangat runut dalam memberikan penjelasan, seperti akuntan yang sedang mempresentasikan laporan keuangannya.Diakhir penjelasan tersebut, Ruhut memberikan jedah waktu yang cukup panjang dan dengan suara memelan ia memohon maaf bahwa merasa rencana pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan.Ruhut merasa sangat berat, ia menuturkan telah berusaha melakukan shalat istikharah berkali-kali meminta keyakinan tetapi ia hanya mendapatkan keraguan demi keraguan. Yuk Tari terpatung mendengarnya dengan mata basah.Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, hatinya terasa remuk redam.. Hanya istighfar dan istirja' yang keluar dari mulut mungilnya.

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)” (QS.6:59)

Setelah beberapa menit membiarkan perasaannya menang, yuk Tari kembali menarik kesadarannya. Dengan tersenyum, ia sampaikan kepada Ruhut bahwa ia menerima apapun keputusan Ruhut dan mendoakan Ruhut kembali pulih sempurna. Tak ada lagi komunikasi antara mereka setelah mereka mengakhirkan percakapan dengan kesepakatan mengutarakan hasil pertemuan tsb kepada orang tua masing-masing.

***

Dalam tradisi keluarga kami, memutuskan peristiwa penting dengan musyawarah keluarga. Keluarga kami sangat komplit, hampir mewakili seluruh Indonesia. Mamah orang Palembang, papah orang Batak. Mamah adalah adik wak betino, mamahnya yuk Tari. Ada lagi mamang, adik bungsu mamah -om Burhan- menikah dengan tante Zainab dari Bukit tinggi, Sumatera Barat. Sedangkan dari sebelah papah, memiliki empat adik karena papah anak tertua. Semua adik papah tulang (paman, red), tulang Rafi menikah dengan tante Ketut dari Bali, tulang Yohanes menikah dengan tante Siti dari Ambon dan tulang Ucok menikah dengan tante Widya dari Kutai.Wak lanang sendiri hanya memiliki satu saudara kandung, tante Lia yang menikah dengan om Chepi dari Sunda. Jadi, malam ini semua berkumpul mulai dari wak lanang, wak betino, dek Bowo (adeknya yuk Tari), mamah-papah, bang Adit, aku, mang Burhan-tante Zainab, dan tante Lia-om Chepi.

Wak lanang dan wak betino tentu saja kaget bukan kepalang dan marah setelah mengetahui hal tersebut. Wak lanang yang selama ini kukenal sebagai sosok yang tenang dengan gaya jawa-nya kini tampak berang. Wak betino menangis seseduhnya sambil menenangkan wak lanang. Abangku yang ikut mendengarkan pun langsung naik pitam seraya berkata, "Kurang ajar! Mau kuhajar dia bah!" dengan logat bataknya yang khas.

Aku dan yuk Tari langsung beranjak ke dalam kamar. Kulihat yuk Tarik sangat kentara terpukul.
"Mungkin aku belum layak baginya, Ky.. Ruhut insya Allah laki-laki yang baik dan sangat berbakti kepada ibunya." curhat yuk Tari kepadaku.
 Aku hanya mengangguk pelan dan berujar "Mungkin saja beliau baik yuk, tapi belum tentu tepat untuk yuk Tari. Insya Allah ada yang terbaik ya yuk.."
Yuk Tari mencoba tersenyum lebar dalam buliran air matanya yang kian deras.
Aku memeluknya erat...

***

Alhamdulillah, akhirnya keluarga kami tetap bertindak elegan. Atas desakan yuk Tari, wak lanang dan wak betino "mengikhlaskan", padahal wak lanang sudah sangat siap menuntut atas delik pencemaran nama baik dan penipuan. Bang Adit yang dari tadi kulihat diam, tak banyak cakap seperti biasa. Mungkin sedang menenangkan darahnya yang mudah mendidih. Eh baru saja kukira dia tengah termenung tiba-tiba angkat bicara, "Kalau bukan Tari yang bilang jangan, sudah kuhabisi dia! Berani kali dia!" tambahnya geram.

 Bang Adit dan yuk Tari seumuran. Kami hanya dua bersaudara, yuk Tari pun hanya dua bersaudara. Dek Bowo, masih remaja, baru masuk SMA. Aku memahami perasaan bang Adit. 13 tahun lalu, sewaktu kami diganggu anak gang dekat rumah pun, bang Adit langsung turun tangan melindungi. Aku juga sangat sebel terhadap Ruhut. Tega sekali dia berbuat demikian kepada yuk Tari. Oh, aku ga bisa ngebayangin kalo ini terjadi padaku. Mungkin aku udah ngamuk dan depresi. Na'udzubillahi min dzalik..

 Sayangnya.. kisah lara ini berlanjut..
Yuk Tari kembali diuji dengan bisnisnya. Yang aku dengar dari bang Adit bahwa bisnis batubara yuk Tari mengalami krisis hingga ratusan juta. Dalam waktu 8 bulan ia kehilangan bisnis dan gagal menuju pernikahan. astaghfirullah... Aku shock dan merasa down. Langsung kutelepon yuk Tari, diujung sana yuk Tari hanya menjawab, "Tentu Allah telah memiliki rahasia indah dibalik semua ini.. " seakan kulihat wajah ayunya yang tersenyum dibalik mata sembab itu..
Semoga engkau diberikan kekuatan ya yuk..
Kita hanya bisa merencakan, sedang hasilnya milik Allah...

***

Dua tahun berjalan, yuk Tari telah melakoni bisnis barunya, kain songket khas Palembang. Kedengarannya memang agak banting stir dari bidangnya -sipil-. Ketika kutanya mengapa, yuk Tari sambil tertawa riang hanya menjawab karena lebih feminim. Wah cukup menantang, pikirku.

Yuk Tari bercerita bahwa bisnisnya kali ini cukup menyenangkan karena lebih menggunakan jaringan nirkabel, promosi di media sosial dan website pribadi. Ia sudah beberapa kali mengirim ke luar negeri, selama ini yang sering mengorder dari negeri Malaysia. Aku turut senang mendengarnya dan dengan iseng kutimpali bagaimana dengan kisah cintanya, apakah sudah menemukan Arjunanya. Yuk Tari tertawa riang dan menyeletuk udah gagal lagi.

Aku yang ketinggalan "berita penting" ini langsung berburu layakna paparazzi. Kebetulan aku juga sedang mengalami kegagalan ta'aruf pertamaku. Aku bisa lebih kuat karena berkaca pada kisahnya, dan siapa tahu mendapat inspirasi lagi, hehe..
Yuk Tari mulai bercerita kembali kali ini kegagalannya pada tahap ta'aruf. Yuk Tari berta'aruf dengan adik kelasnya di SMA dulu, Ridwan. Mereka tergabung dalam OSIS, dan bertemu kembali saat walimahan teman SMA-nya. Dari situlah, Ridwan dengan berani secara langsung menanyakan apakah yuk Tari masih available atau udah berproses. Dengan santai dan menantang yuk Tari memberikan kontak Murabbiyahnya (aku mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak). Ridwan seorang guru dan aktifis partai Islam. Proses mereka dilakukan melalui jalur Murabbi kedua belah pihak, diawali dengan pertukaran biodata. Yuk Tari membawanya dalam istikharah, memohon petunjuk  dan bimbingan dari Allah..

Dalam masa ta'aruf tersebut ada kriteria Ridwan yang tidak masuk dalam diri yuk Tari demikian pula sebaliknya sehingga yuk Tari dengan diplomasi menyerahkan keputusan kepada Ridwan. Ridwan adalah pemuda shalih, ia fahm apa maksud yuk Tari maka Ridwan pun secara jujur menjawab bahwa ia tidak mendapatkan kecocokan dengan yuk Tari sehingga proses ta'aruf pun berakhir. Tidak ada yang terluka karena memang tidak ada kecocokan.

***

Satu tahun pun berlalu.. Usia yuk Tari kian dewasa, bisnis yang ia kelolapun kian matang. Besok ia akan terbang ke Semarang, ada transaksi dengan pemilik butik besar disana.

Hari yang dinanti pun tiba. Dengan langkah mantap yuk Tari memasuki sebuah Galeri di Semarang. Ia pikir akan disambut oleh ibu-ibu dengan pakaian khas Jawa, seperti suara yang selama ini ia dengar di selulernya. Tapi ini, dihadapannya seorang bule pria yang fasih sekali berbahasa Indonesia dan kental logat jawanya. Namanya Hashim Honda, bapaknya orang Jepang, ibunya blasteran Jogja-Portugis. Pantas saja matanya sipit, ujar yuk Tari dalam hati sambil menahan tawa. Hubungannya dengan pemilik Butik adalah Hashim keponakan darinya.

Alhamdulillah, Hashim seorang Muslim walau ga akrab dengan dunia Islam. Ia besar dalam keluarga yang berbeda agama, bapaknya Shinto-ibunya muslim keturunan. Meski demikian, Hashim mengaku bisa membaca alquran dan sholat fardhu. Selebihnya ia nyengir.

Transaksi berhasil, tantenya Hashim menitipkan pesan bahwa menyetujui pengorderan perdana 12 lembar kain songket emas. Yuk Tari riang, pertemuan ditutup dengan saling bertukaran nomor seluler. Yuk Tari berjalan ringan keluar, kembali terbang ke Palembang.

***

“jangan kau kira cinta datang dari keakraban dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah putera dari kecocokan jiwa dan jikalau itu tiada cinta takkan pernah tercipta, dalam hitungan tahun, bahkan millennia”  -Kahlil Gibran-

Tiga bulan dari pertemuan itu, yuk Tari dan Hashim tetap menjalin komunikasi melalui telepon dan media sosial. Mereka seringkali terlibat dalam diskusi keagamaan dan sosial. Ternyata Hashim teman diskusi yang baik. Orangnya terbuka dengan hal-hal baru, mau menerima kebenaran dan cerdas. Mereka pernah terlibat dalam diskusi panjang yang cukup pelik mengenai Islam dan Politik. Hashim berpikir agak sekuler awalnya hingga akhirnya dipatahkan oleh yuk Tari dengan mengutip perkataan Imam Hasan Al-banna, "Islam adalah sistem yang syamil ‘menyeluruh’ mencakup semua aspek kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih.”

Lalu yuk Tari merekomendasikan Hashim untuk membaca Risalah Pergerakkan Hasaln Al-Banna. Hashim hanya menjawab, "OK :D" pada akhir chat malam itu.

***
to be continued... ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faghfirli Yaa Rabb

Al Izzatu Lillahi Wahdah,

Ujian Yang Terjadi Kerana Allah Cintakah..?